KLATEN (BK). CAC (coin a change) salah satu komunitas yang peduli pada anak-anak usia sekolah yang orang tuanya kurang mampu. Sedikitnya sudah ada kurang lebih 30 anak menjadi adik asuh bagi aktivis mahasiswa yang bergerak lewat komunitas CAC di Yogyakarta.
Demikian diungkapkan salah seorang anggota CAC Landung Jiwangga, yang tinggal di Wedi, Klaten, Jawa Tengah, ketika ditemui di rumahnya, Jumat (8/1) siang. Lebih lanjut Landung Jiwangga menuturkan latar belakang berdirinya komunitas CAC. Menurutnya CAC berdiri di Yogyakarta Desember 2008. Oleh seorang founder (pendiri) menemukan aktivitasnya di Jakarta yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi. Karena itulah, di Yogyakarta ada sekelompok anak muda yang masih menyandang status mahasiswa yang punya hoby sama kemudian juga membentuk komunitas CAC. Awalnya para hoby pengumpul koin ini ada 3 orang muda, ialah Karlina sebagai pemenage keuangan komunitas, Antok bertugas mengembangkan komunitas, dan Ade bertindak sebagai pemimpin CAC di Yogyakarta.
Landung Jiwangga yang kemudian bergabung juga di CAC menuturkan awal kali pertama ialah tahun 2009 mengumpulkan koin terkumpul kurang dari Rp 100 ribu. Menurutnya, dengan perolehan dana pengumpulan koin yang kurang dari Rp 100 ribu tentunya belum cukup untuk mendanai pendidikan meski hanya seorang anak. Karena itulah maka pengurus komunitas CAC ini mengumpulkan uang koin sendiri untuk membantu seorang anak bernama Dewa, sebagai adik asuhnya yang masih duduk di sekolah dasar. Dan sekarang bersyukur pada Tuhan Allah, jumlah adik asuh yang dibantu berjumlah sekitar 30 anak. Mereka duduk di sekolah dasar (SD) hingga SMA/SMK. Teknik bantuannya untuk beaya pendidikan bagi anak langsung diserahkan ke sekolah masing-masing anak asuh. Bantuan diberikan setiap 6 bulan sekali pada awal semester.
Program CAC Yogyakarta antara lain rekrutmen terbuka, coin collecting day (CCD), piknik koin, dan voluntary building. Landung menjelaskan yang dimaksudkan rekrutmen terbuka (open recruitment) dilakukan tiap tahun sekali. Pesertanya waktu itu mencapai 80 orang. Namun sekarang tinggal 20 orang yang masih aktif mengikuti kegiatan CAC.
Coin collecting day (hari pengumpulan koin) adalah hari kegiatan untuk pengumpulan koin dan menghitung koin yang terkumpul dari dropzone (lokasi pengumpulan uang koin) yang telah terkumpul selama 1 bulan. Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali. Koin-koin dimasukkan dalam toples yang ditaruh di beberapa tempat. Toples-toples ini digerakkan dan dikumpulkan oleh para coiners (pengumpul dan penghitung koin) di beberapa tempat. Tentunya para coiners bertanggung jawab menggerakan warga di sekitar coiners untuk mengumpulkan koin.
Piknik koin juga merupakan program CAC untuk mengisi kegiatan pada masa liburan sekolah. Program piknik koin ini sebagai media untuk menghibur para adik asuh untuk mempererat tali persaudaraan di antara adik-adik asuh.
Voluntary building merupakan program kegiatan CAC untuk mempersiapkan volunteer (relawan) baru. Para volunter bertugas untuk mensosialisasikan tentang CAC pada masyarakat luas. Khususnya pada kaum muda untuk peduli pada adik-adik pelajar yang orang tuanya kurang mampu. Dengan gerakkan mengumpulkan sedekah koin untuk tindakan mulia.
Menurut Landung Jiwangga bersama teman-temannya mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, mereka akan mengembangkan CAC di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pada kesempatan ini ia bersama teman-temanya mengajak kaum muda di Kabupaten Klaten yang tergabung di komunitas apa saja untuk masuk menjadi coiners. Menjadi coiners dapat dilakukan si sekolah bila masih sebagai siswa, di kampus bila seorang mahasiswa, atau di mana saja. Misalnya bersama komunitas blog, paguyuban keluarga, kelompok arisan, kelompok pengajian, kelompok persekutuan doa, kelompok cabang olah raga, dan kelompok apa saja. Pengumpulan koin dalam toples dapat dilakukan ketika sedang berkumpul bagi kelompok-kelompok tersebut.
Mengakhiri wawancara dengan Landung Jiwangga, ia mengatakan pengumpulan koin pada bulan lalu memperoleh sekitar Rp 3 jutaan. “Ternyata dana yang terkumpul tidak hanya uang recehan pecahan uang logam lima ratusan, tetapi ada yang memberi pecahan uang kertas nominal Rp 5.000 dan Rp 10.000. Uang yang sudah terkumpul akan disalurkan pada adik-adik asuh yang perlu dibantu untuk beaya pendidikan,”ungkap Landung Jiwangga menjelaskan. (ksd)