DELANGGU (BK). Meskipun Bayu Oktavianto ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sribit-Delanggu perilakunya nakal, namun patuh dan menghormati pada orang tua. Selain itu juga ramah pada orang yang umurnya lebih tua. Ia juga menjadi tumpuhan keluarga.
Demikian dipaparkan oleh ayahnya Sutomo, ketika ditemui di rumahnya di Dukuh Miliran, Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (31/3) sore hari. Dengan penuh rasa iba dan prihatin Sutomo menceritakan anak bungsunya itu. Kemudian Bayu, panggilannya sehari-hari Bayu Oktavianto, setelah ia bekerja sebagai nachoda kapal ia nampak dewasa sikapnya. Komunikasinya dengan rekan-rekannya sangat akrab. Hubungannya dengan adik-adiknya dan orang tuanya sangat akrab juga.
Menurut Sutomo Bayu sejak masih duduk di SMP sudah mempunyai cita-cita untuk bekerja sebagai pelayar. Setelah lulus SMP ia mengikuti semacam kursus pelayaran makan waktu selama kurang lebih 2 bulan. Selanjutnya mengikuti pelatihan pelayaran di Jakarta, dan mendapatkan sertifikasi. Kemudian masuk bekerja ikut kapal angkutan. Sampai sekarang sudah bekerja di pelayaran kurang lebih selama 3 tahun. Karena itu Bayu menjadi tumpuhan keluarga dan kebanggaan orang tuanya. Hasilnya dari bekerja Bayu sudah dapat merehab atau memperbaiki rumahnya.
Menurut Sutomo, informasi dari pemerintah dan dari perusahaan dimana Bayu bekerja kondisi Bayu bersama 9 ABK yang disandera oleh kelompok Abu Sayap dalam keadaan sehat. Ia mohon pada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Negara Philipina, dan perusahaan agar dapat membebaskan 10 ABK dapat selamat. Dan 10 orang ABK termasuk anaknya yang disandera di lautan Philipina dapat kembali ke rumah masing-masing.
Seandainya putranya, Bayu Oktavianto, sudah kembali pulang selamat, dan bertemu dengan orang tuanya, untuk selanjutnya Sutomo menyerahkan pada anaknya untuk langkah selanjutnya. Mau kembali bekerja di pelayaran atau bekerja di darat Sutomo memberi kebebasan pada anak. Sebab bekerja di manapun itu menjadi hak anak. Maka apa akan yang dilakukan oleh Bayu Oktavianto diserahkan pada anaknya. Sutomo menegaskan, ia mendapatkan kabar dari perusahaan tempat Bayu bekerja bila kapal yang dinakodai dibajak pada hari Selasa (29/30).
Dalam kesempatan diwawancarai Berita Klaten, Sutomo menyayangkan pemberitaan dari media televisi yang memberitakan kekejaman Abu Sayap yang melakukan pembantaian beberapa kali dalam waktu yang berbeda. Karena itu dapat menimbulkan rasa miris dan was-was bagi Sutomo dan keluarganya. Termasuk tunangannya Bayu Oktavianto bernama Lilis juga sangat sedih. Ia malah lebih senang bila mendengarkan berita mengenai TNI yang berhasil membebaskan orang yang disandara oleh pembajak. Sutomo berharap media elektronik atau media cetak jangan memberitakan kelompok Abu Sayap yang membantai orang yang disandranya.
Komandan Distrik Militer (Dandim) Klaten Letkol Inf Bayu Jagat dikawal anggotanya dan Komandan Rayon Militer (Danramil) Delanggu menyempatkan mendatangi Sutomo di rumahnya. Tidak lama kemudian Kapolsek Delanggu AKP Redy dikawal anggotanya juga datang di rumah Sutomo. Kedatangan Dandim Klaten Letkol Bayu Jagat dan Kapolsek Delanggu AKP Redy merupakan bentuk kepedulian pejabat pada rakyat. Dengan kehadiran pejabat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pejabat polisi di rumah Sutomo selaku orang tua Bayu Oktavianto, Sutomo mengatakan merasa aman dan tenang. Ia mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan dari Komandan Kodim Klaten dan Kapolsek Delanggu. (ksd)