Klaten – Tidak bisa atau tidak punya kerabat yang melek teknologi, anak jauh dari rumah, atau kurang peduli pada orang tua lansia menjadi penyebab sulitnya lansia menerima layanan kesehatan BPJS.
Tidak semua masyarakat Indonesia mudah memeroleh layanan kesehatan BPJS. Di Desa Ngaren contohnya, masyarakat lansia yang mendapat pemeriksaan rutin dari Puskesmas Kecamatan Pedan kerap kali harus menunggu selama berjam-jam untuk bisa mendapatkan obat gratis dengan kartu BPJS. Hal ini lantaran panjangnya antrean untuk mengonsultasikan penyakit dan menerima obat.
Antrean itu tercipta karena kurangnya kesadaran lansia untuk melakukan skrining BPJS. Skrining BPJS sendiri adalah pengisian beberapa informasi terkait pemilik kartu BPJS seperti data diri dan Riwayat kesehatan. Skrining ini perlu dilakukan agar pemilik dapat memanfaatkan kartu BPJS untuk mengklaim obat. Sayangnya, lansia di Desa Ngaren kurang melek teknologi, beberapa dari mereka tidak memiliki anak atau kerabat untuk membantu. Lansia yang punya anak juga kurang dipedulikan atau anak yang merantau.
Para lansia mengandalkan bantuan bidan yang dikirim dari Puskesmas. Bidan yang diutus dari Puskesmas Kecamatan Pedan hanya 1 orang. Bidan ini juga yang mengkonsultasikan penyakit dan memberikan obat sehingga keseluruhan proses mulai dari membantu skrining hingga memberikan obat memakan waktu lama untuk 1 lansia. Di sisi lain, lansia lain mengantre dan membuat antrean menumpuk.
Melihat hal ini, seorang mahasiswa Tim II Universitas Diponegoro yang melakukan Kuliah Kerja Nyata merangkai kembali tata cara menggunakan kartu BPJS pada pengecekkan rutin. Tata cara ini meliputi pembuatan langkah-langkah skrining BPJS yang mudah dipahami oleh lansia dalam bentuk dokumen cetak, klaim obat dengan kartu BPJS pada saat pengecekkan rutin dalam bentuk poster, dan grup di media sosial yang beranggotakan anak-anak lansia atau kerabat terdekat lansia sehingga segala informasi dengan mudah diketahui oleh lansia. Harapannya, skrining BPJS dapat dilakukan secara mandiri oleh para lansia sebelum pengecekkan rutin sehingga mengurangi antrean pada hari H.
Penulis: Vanessa Cahyani Gunawan/Manajemen Universitas Diponegoro
