BERITA KLATEN (BK) – Gelaran Festival Ketoprak Anak (FKA) 2016 Kabupaten Klaten, Jateng yang dibuka Jumat (9/9) kemarin di SD Kristen 3 Klaten diikuti sebanyak 8 sekolah dasar (SD). FKA 2016 secara resmi dibuka oleh Sekretaris Dinas Parpora Kabupaten Klaten Sutopo.
Delapan SD yang mengikuti festival ketoprak anak adalah SD Negeri Jomboran, SD Negeri 3 Kalikotes, SD Kanisius Sidowayah, SD Negeri Bareng Lor, SD Negeri 2 Ngemplak Seneng, Manisrenggo, SD Negeri Tlogowatu, Kemalang, SD Negeri Dompol, Kemalang, dan SD Kristen 3 Klaten. Pementasan FKA 2016 akan terbagi dua hari, ialah Jumat (9/9) dan hari Sabtu (10/9) pekan ini.
Pembukaan FKA 2016 Jumat kemarin dihadiri Pengurus Dewan Kesenian FX Setiawan DS, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Bambang Teguh, dan tamu undangan lainnya. Sutopo mewakili Bupati Klaten meresmikan pembukaan FKA 2016 dalam sambutannya antara lain mengatakan perlunya melestarikan kesenian ketoprak yang dapat membetuk kharakter positip bagi anak. Sutopo berharap pelaksanaan FKA 2016 berjalan lancar. Ia juga mengucapkan terima kasih pada Amigo group dan Omah Wayang yang mendukung kegiatan pelaksanaan FKA 2016. Dikatakan juga FKA 2016 diselenggarakan kerja sama Disbudparpora, Dewan Kesenian Klaten, Omah Wayang, dan dari Amigo Group.
FX Setiawan DS dalam sambutannya antara lain mengatakan menyambut positip adanya festival ketoprak anak. Ketoprak bukan lagi tontonan bagi orang tua, tetapi anak-anak mulai senang melihat pertunjukkan ketoprak. Kesenian ketoprak akan dikembangkan terus di Klaten. Tahun lalu peserta FKA kurang dari 8, tetapi tahun 2016 ini peserta FKA ada 8 SD. Harapannya tahun depan peserta FKA akan bertambah.
Ketua Panitia FKA 2016 Tri Wibowo, pada wartawan mengungkapkan FKA 2016 ada 5 kategori pemenang akan mendapatkan piala dan uang pembinaan. Juara 1 dapat uang pembinaan sebesar Rp 2,5 juta, juara 2 sebesar Rp 2 juta, juara 3 sebesar Rp 1 juta, harapan 1 dapat uang pembinaan Rp 750 ribu, dan harapan 2 sebesar Rp 500 ribu.
Para juri yang menilai FKA 2016 adalah St Wiyono dari Taman Budaya Jateng, Heru Subagiyo dari ISI Yogyakarta, dan Sri Hadi dari ISI Surakarta. (ksd)