Search

GMT Pasar Wedi Tak Serame Biasanya

WEDI (BK). Gerhana Matahari  Total (GMT) yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia  berpengaruh bagi para pedagang di Pasar Wedi, Kabupaten Klaten, Jateng,  Rabu (9/3) pagi.  Karena adanya GMT itu  Pasar Wedi tidak  serame hari-hari biasanya.

Pada pagi hari sekitar  pukul 06.00 biasanya para bakul sudah berdatangan di Pasar Wedi. Sehingga situasi Pasar Wedi  pada pagi hari sudah rame pedagang yang berjualan sayuran, buah, dan jualan lainnya.   Namun  karena adanya  peristiwa alam GMT di sebagian wilayah Indonesia  juga mempengaruhi para bakul atau pedagang di Pasar Wedi.  Informasi dari beberapa petugas di Pasar Wedi sehubungan dengan adanya GMT banyak para pedagang yang tidak akan berangkat ke Pasar Wedi.  Karena para pedagang merasa khawatir dengan adanya  GMT.  Selain itu  adanya fenomena alam GMT pas bersamaan dengan hari libur keagamaan hari Raya Nyepi bagi umat agama Hindu.

Di bagian los zona  untuk para pedagang  jualan pakaian  nampak sepi.  Kemudian di celah  Pasar Wedi bagian tengah biasanya pagi hari penuh orang jualan sayuran, maupun jualan buah, serta jajanan makanan namun pagi ini tidak banyak pedagang.  Suasananya pasar  kremyo-kremyo  (sedikit yang jualan).  Beberapa orang  pedagang  menjawab pertanyaan Berita Klaten mengenai para pedagang yang tidak berangkat jualan ke pasar, mereka  mengatakan  merasa khawatir sehubungan dengan adanya gerhana matahari total.  Takut bila terjadi sesuatu, maka memilih tidak berangkat ke pasar. Kios-kios  juga  banyak  yang tutup, baik kios-kios yang berada di zona tempat jualan pakaian maupun zona yang lain.

Suasana bagian celah tengah Pasar Wedi pedagang tidak penuh seperti hari-hari biasa. (p.kus)
Suasana bagian celah tengah Pasar Wedi pedagang tidak penuh seperti hari-hari biasa. (p.kus)

Karti, seorang  pedagang sayuran sejak tahun 1988 yang tinggal di Kerten,  Kecamatan Gantiwarno, Klaten dengan adanya GMT  merasa tidak takut. Semuanya diserahkan pada Tuhan. Menurutnya hidup dan mati  di tangan Allah Tuhan. “Kangge kulo enten gerhono srengenge mboten perlu wedi. Wong teng pasar pun enten  gendeng kangge nutupi. Dados mboten kenging sorote srengenge. Mulo kulo mboten wedi. Kulo mung pasrah kalih Gusti Allah,”tutur Karti menggunakan Bahasa Jawa.

Seorang lagi Sriasih, wanita masih muda yang jualan jajanan makanan di pinggir  pintu utama Pasar Wedi,   sehubungan dengan adanya GMT ia tidak merasa takut.  Semuanya menurut Asih sapaan sehari-hari Sriasih  dalam hidupnya diserahkan pada Allah. “Aku pasrah karo sing gawe  urip kok mas.  Ora sah wedi  anane gerhono srengenge,”ungkap Asih dalam Bahasa Jawa ngoko.

Salah seorang Takmir Masjid  Pasar Wedi  Ustad Trijoko, pada  Berita Klaten mengatakan pagi tadi pukul 06.30 diadakan sholat sunnah  gerhana matahari total. Sedianya  sholat sunnah GMT akan dipimpin oleh Muhari dari Gantiwarno.  Namun  karena  berhalangan hadir maka sholat sunnah GMT diimami oleh Ustad Trijoko sendiri.  Sholat sunnah GMT  diikuti kurang lebih 30 orang jamaah para bakul maupun warga kampung sekitar Pasar Wedi. Ustad Trijoko dalam menyampaikan  kultum antara lain mengatakan  dengan adanya GMT umat manusia agar selalu ingat akan kebesaran  Allah. Sebagai umat Islam agar selalu berdzikir dan bersyukur.  Allah yang menciptakan alam semesta hendaknya selalu disembah oleh umat manusia sebagai ciptaan-Nya.

Terkait GMT,  menurut informasi dari petugas Pasar Srago di Klaten Kurniawan, menyitir dari rekannya yang bertugas menarik  retribusi, bahwa pedagang Pasar Srago  yang masih menempati di pasar darurat  situasinya sepi. Banyak pedagang yang tidak berangkat ke pasar. (ksd)

Cloud Hosting Indonesia

Tinggalkan Komentar