Klaten, 03 Agustus 2024 – Dalam upaya inovatif untuk mengatasi masalah hama tikus, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) Tim II baru saja meluncurkan pemasangan rumah burung hantu (RUBUHA) di Desa Turus, Kec. Polanharjo, Kab. Klaten. Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif mahasiswa untuk memberikan solusi pengendalian hama yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi petani setempat.
Mahasiswa KKN Undip Tim II, yang terdiri dari sembilan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dimana salah satunya yaitu berasal dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Program Studi Agroekoteknologi, menerapkan metode pengendalian hayati dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predator alami tikus. Rumah burung hantu yang dipasang di lokasi strategis di area pertanian dirancang untuk menarik burung hantu bersarang, sehingga mereka dapat membantu mengurangi populasi tikus secara alami. Pemasangan rumah burung hantu dilakukan pada hari Sabtu, 03 Agustus 2024 dibantu oleh lima anggota dari kelompok tani setempat.
Pemasangan rumah burung hantu diharapkan dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap tanaman dari serangan tikus. Burung hantu dikenal sebagai pemangsa alami tikus yang efisien, dan kehadiran mereka di area pertanian dapat mengurangi kerusakan yang sering disebabkan oleh hama tersebut. Selain itu, metode ini menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia, yang seringkali memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Warga Desa Turus menyambut baik inisiatif ini. Bapak Angga, ketua kelompok tani Desa Turus, menyatakan, “Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa Undip atas bantuan mereka. Dengan adanya rumah burung hantu ini, kami berharap masalah tikus yang sering merusak tanaman kami dapat dikendalikan dengan cara yang lebih alami dan aman. Ini adalah solusi yang sangat kami butuhkan.”
Mahasiswa KKN Undip Tim II berharap bahwa proyek rumah burung hantu ini tidak hanya akan memberikan hasil yang positif dalam mengendalikan hama tikus tetapi juga dapat menjadi model bagi desa-desa lain yang menghadapi masalah serupa. Mereka berkomitmen untuk terus memantau hasil dari pemasangan rumah burung hantu dan memberikan dukungan kepada warga desa untuk memastikan keberhasilan jangka panjang dari inisiatif ini.
Dengan adanya inovasi ini, Desa Turus kini memiliki harapan baru untuk mengatasi masalah hama tikus secara berkelanjutan, memberikan dorongan signifikan bagi hasil panen yang lebih baik dan pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Penulis: Angela Yohana Tania (Mhs KKN Universitas Diponegoro)