Search

Mahasiswa UNDIP Hadirkan Solusi Pertanian Sehat dengan Pestisida Organik dari Tanaman Rempah dan Obat.

Klaten (28/7/2024) – Salah satu tantangan utama dalam kegiatan budidaya tanaman adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti hama dan penyakit. Serangan OPT dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas hasil panen, yang tentu saja merugikan petani. Untuk mengatasi masalah ini, petani seringkali menggunakan pestisida sebagai solusi. Namun, penggunaan pestisida non organik atau berbahan kimia sintetis menimbulkan masalah tersendiri.

Pestisida non organik, meskipun efektif dalam mengendalikan hama namun menyisakan residu kimia pada sayur-sayuran dan buah-buahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Selain itu, residu ini juga merusak lingkungan dengan mencemari tanah dan air serta membunuh organisme non-target yang seharusnya bermanfaat, seperti musuh alami hama. Selain itu, penggunaan pestisida kimia juga dapat memicu resistensi hama, yang akhirnya memerlukan dosis yang semakin tinggi dan berpotensi memperburuk masalah. Untuk mengatasi dampak negatif ini, diperlukan solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan, yaitu pestisida organik. Pestisida organik berasal dari bahan-bahan alami yang tidak meninggalkan residu berbahaya dan lebih aman bagi kesehatan serta lingkungan.

Dhiya Adhira Chaerani, mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro 2023/2024 dari Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, memperkenalkan metode pembuatan pestisida organik menggunakan tanaman rempah di Desa Pacing. Kegiatan ini dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pestisida organik dari tanaman rempah/obat. Bahan dan alat yang digunakan untuk pembuatan pestisida organik sangat mudah ditemukan di rumah. Pertama-tama siapkan 6 lembar daun sirsak, 1 lembar daun papaya, 1 batang serai, 1 helai daun lidah buaya (cukup besar), dan 2 siung bawang putih. Potong-potong bahan menjadi bagian kecil. Semua bahan yang telah dipotong selanjutnya diblender atau ditumbuk. Kemudian campuran bahan tersebut dimasukkan ke dalam botol berukuran ± 1 liter dan diisi air sampai penuh. Diamkan campuran bahan dalam botol tersebut selama 2 hari agar senyawa aktif dari bahan-bahan tersebut dapat berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Setelah didiamkan selama 2 hari, pestisida organik siap digunakan. Namun, sebelum diaplikasikan, pestisida perlu diencerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 1:10, yaitu 1 liter pestisida dicampur dengan 10 liter air.

Campuran pestisida ini kemudian disemprotkan pada seluruh bagian tanaman atau bagian tanah di mana tanaman tumbuh, menggunakan alat semprot.
Dengan penerapan pestisida organik ini, para petani di Desa Pacing diharapkan dapat mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara efektif tanpa mengorbankan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Inisiatif ini juga merupakan langkah nyata menuju pertanian berkelanjutan yang mendukung kesejahteraan petani sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem.

 

Penulis : Dhiya Adhira Chaerani (Mahasiswa KKN Undip)

Cloud Hosting Indonesia

Tinggalkan Komentar