Upaya mencegah para siswa sekolah dasar (SD) lepas dari wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah adalah meningkatkan mutu pendidikan dengan memberdayakan SD yang ada di perbatasan. Untuk itu Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten menyelenggarakan workshop penguatan kinerja sekolah perbatasan Kabupaten Klaten di Gedung PGRI Klaten, Selasa s/d. Jumat (27-30 Oktober) lalu.
Workshop penguatan kinerja sekolah perbatasan Kabupaten Klaten diikuti sebanyak 130 peserta yang terdiri dari 42 kepala SD, dan 88 guru SD. Peserta workshop tersebut adalah para kepala SD dan para guru yang mengajar di 10 wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari 10 UPTD Pendidikan tersebut adalah Kecamatan Cawas, Karangdowo, Wonosari, Juwiring, Polanharjo, Tulung, Manisrenggo, Kemalang, Prambanan, dan UPTD Pendidikan Kecamatan Bayat. Selama pelaksanaan workshop setiap hari dimulai pukul 07.00 hingga selesai penyampaian materi pembahasan.
Kasi TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Drs Suroyo MM, ditemui di kantornya, Rabu (4/11) siang, ia mengungkapkan diadakannya workshop penguatan kinerja sekolah perbatasan di Kabupaten Klaten adalah untuk membekali para kepala SD dan para guru SD untuk meningkatkan mutu sekolah yang ada di perbatasan Kabupaten Klaten. Tujuan akhir agar para siswa tetap belajar / sekolah di wilayah Kabupaten Klaten. Tidak sekolah di luar Kabupaten Klaten. Misalnya sekolah di Boyolali, Sukoharjo, Gunungkidul, maupun di Kabupaten Sleman bagi warga masyarakat yang tinggal di Prambanan maupun Manisrenggo.
Untuk itu, lanjut Suroyo, para kepala SD maupun para guru mesti mampu untuk meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui pengembangan komponen manajemen 7 pilar. Tujuh pilar manajemen adalah mengenai 1.kurikulum dan pembelajaran, 2.peserta didik, 3.pendidik dan tenaga kependidikan, 4.sarana dan prasarana, 5.pembiayaan, 6.hubungan sekolah dan masyarakat, dan 7.mengenai manajemen budaya dan lingkungan sekolah. Selain tujuh pilar tersebut tentunya para pengelola, kepala sekolah bersama dewan guru perlu mengembangkan model peningkatan mutu pendidikan yang dapat dilaksanakan dan terjangkau di tingkat SD. Melibatkan partisipasi masyarakat, menciptakan kemitraan dengan pemerintah, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Selain itu menurut Suroyo, sekolah mampu mengembangkan tiga komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), ialah manajemen sekolah yang terbuka dan akuntabilitas, menciptakan proses pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pusat pembelajaran pada siswa, yang disebut Student Centered Learning. Yang ke-3 melibatkan peran serta masyarakat (PSM). ”Kalau model tersebut dapat dilaksanakan anak-anak (para siswa) tidak akan menyeberang ke kabupaten di luar Kabupaten Klaten dalam melanjutkan pendidikan,”ujar Suroyo.
Kegiatan workshop penguatan kinerja sekolah perbatasan Kabupaten Klaten nara sumbernya dari Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, dan Tim Pengembang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk SD Kabupaten Klaten. Pembiayaan kegiatan workshop tersebut dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Klaten tahun 2015. Setelah disampaikan laporan pelaksanan workshop tersebut oleh Suroyo, kemudian secara resmi workshop penguatan kinerja sekolah perbatasan dibuka oleh Kepala Bidang Dikdas Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Bambang Teguh.