Klaten (29/07/2024), Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro melaksanakan program kerja dalam rangkaian kegiatan KKN. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran interaktif, mahasiswi yang bernama Fera Cahya Puspita dari program studi Hubungan Internasional tersebut berhasil mengenalkan kebudayaan negara-negara di Asia Tenggara kepada siswa-siswi kelas 6 SDN Pacing.
Pada era globalisasi, pengetahuan akan kebudayaan luar negeri adalah landasan untuk menjadi masyarakat yang lebih inklusif dan inovatif. Pengetahuan ini bermanfaat untuk membuka pikiran terhadap norma atau nilai yang berbeda sehingga menumbuhkan sikap keterbukaan dan toleransi. Kebudayaan di belahan dunia merupakan kekayaan yang tak ternilai, contohnya adalah tari tango dari argentina sampai upacara minum the dari jepang. Salah satu wilayah dengan keberagaaman budaya adalah Asia Tenggara.
Asia Tenggara kaya akan ciri khas dan kebudayaan yang unik. Kawasan ini terdiri atas sebelas negara yang memiliki keanekaragaman secara bahasa, agama, etnik, dan masyarakat yang berbeda yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, Myanmar, Vietnam, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, Thailand, dan Timor Leste. Dengan keanekaraman inilah yang menjadi daya ikat bagi mata dunia internasional.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini tidak hanya dilakukan melalui pemaparan materi namunvjuga kegiatan pembelajaran interaktif yaitu games berupa tebak-tebakan. Materi yang diajarkan meliputi informasi umum terkait ASEAN, bendera, bahasa, mata uang, tarian tradisional, dan makanan khas. Kegiatan ini diwarnai dengan antusiasme siswa-siswi kelas 6 SDN Pacing. “Siswa-siswi sangat antusias dalam belajar dilihat dengan keaktifan mereka ketika menjawab games tebak-tebakan dari materi yang telah diajarkan, bahkan ketika mau menjawab sampai berebutan” Tutur Fera.
Pengenalan budaya asia tenggara bagi siswa-siswi berusia sekolah dasar dinilai sangat penting karena dapat menumbuhkan rasa menghargai perbedaan, meningkatkan toleransi, dan membuat mereka lebih siap berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang. Selain itu, mereka juga jadi lebih memahami identitas regional, menghargai warisan budaya, dan mengembangkan empati serta keterampilan sosial. Pengetahuan ini membantu mereka menjadi warga dunia yang lebih baik dan terbuka terhadap keberagaman. Dengan bekal pemahaman dan pengetahuan terhadap budaya luar negeri dalam hal ini asia tenggara, harapannya, sebagai masyarakat internasional, siswa-siswi dapat mengamalkan nilai-nilai keberagaman pada kesehariannya. Sehingga terciptanya generasi penerus bangsa yang peduli terhadap budaya dan berusaha melestarikan budaya negara dengan baik.
Penulis: Fera Cahya Puspita (Mahasiswa Universitas Diponegoro)