Search

Meski Diguyur Hujan, Warga Desa Pereng Tetap Semangat Memeriahkan Kirab Budaya Sadranan

BERITA KLATEN – Semangat warga masyarakat Rukun Warga (RW) 01 hingga RW 06 Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah penuh semangat mengikuti kirab budaya sadranan meski diguyur hujan, Minggu (25/2/2024) sore.

Kurang lebih pukul 12.00 hujan mulai turun dan membasahi bumi Desa Pereng. Mengawali kirab budaya sadranan dipentaskan tari gambyong dari siswi SMP Negeri 2 Prambanan, serta tari kreasi baru dari siswi Sekolah Dasar (SD) Negeri Pereng di Pendopo Joglo Desa Pereng.

Selain tari-tarian tradisional maupun tarian kreasi baru yang ditampilkan para siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Prambanan dan siswa SD Negeri Pereng, terlebih dahulu warga masyarakat Dusun Sunggingan Kulon maupun  Sunggingan Wetan dihibur dengan musik orgen tunggal Talenta dari Desa Pereng. Untuk memeriahkannya juga menghadirkan dua orang penyanyi yang tidak asing bagi warga masyarakat Prambanan, ialah Heni Rosita dari Parangan dan Iva Kumala. Sedangkan berperan organis adalah Mas Pri yang cukup trampil, dibantu Elvo pemegang kendang yang piawai juga. Sehingga alunan musik rancak enak dan cocok juga untuk goyang tari.

Dalam kesempatan gelar pentas tari tersebut disaksikan tamu undangan adalah Sekretaris Disbudporapar Kabupaten Klaten Purwanto. Hadir juga Camat Prambanan Puspa, Kapolsek Prambanan AKP Jainudin, Danramil Prambanan Kapten Rudi Saputra, dan tamu undangan lainnya.

Ketua Panitia Kirab Budaya Sadranan Desa Pereng Sutaryo, dalam sambutannya antara lain mengatakan perlunya melestarikan budaya sadranan. Sutaryo juga menginformasikan, bahwa kirab budaya diikuti sejumlah 6 RW Desa Pereng.  Tiap RW membuat gunungan terdiri hasil bumi berupa sayuran, buah-buahan,  dan ada gunungan yang terdiri dari makanan berbagai jenis. Sutaryo mengucapkan pada warga masyarakat Desa Pereng yang telah mendukung terselenggaranya Kirab Budaya Sadranan.

Sekretaris Disbudporapar Kabupaten Klaten Purwanto, dalam sambutannya antara lain menyatakan apresiasi pada semua warga masyarakat Desa Pereng yang tetap semangat mengikuti kirab budaya sadranan meski diguyur hujan.

“Warga masyarakat Desa Pereng baik yang tua, pemuda, remaja, dan anak-anak tetap semangat melestarikan tradisi budaya nyadran. Warga masyarakat Desa Pereng luar biasa,”tutur Purwanto.

Karena itu, menurut Purwanto Desa Pereng layak menjadi desa wisata.

Kepala Desa (Kades) Pereng Purwanto Hadi, dalam sambutannya antara lain mengungkapkan arti kata maknanya nyadran dan Ruwahan.  Lebih lanjut Kades Pereng Purwanto memaparkan bahwa masyarakat Jawa tidak asing lagi dengan istilah sadranan atau nyadran. Mengenai sadranan ada yang mengatakan limolasan, selawenan. Hal ini tergantung penyelenggara sadranan dilaksanakan pada tanggal berapa menurut bulan Jawa ialah bulan Ruwah sebelum puasa.

Menurut Kades Pereng Purwanto Hadi, Ruwah maknanya ngluru arwah. Umat manusia yang masih hidup di dunia berupaya untuk mohonkan ampun arwah keluarganya pada Allah Tuhan atas segala yang dilakukan di dunia semasa hidup. Pada Ruwahan menjelang nyadran melakukan besik atau bersih-bersih di makam leluwurnya.

Selesai sambutan-sambutan, meski masih hujan kemudian dimulai kirab dengan mengusung gunungan  masing-masing RW dari halaman Balai Desa Pereng menuju ke makam Sungging. Dengan penuh semangat warga masyarakat Desa Pereng melakukan kirab meskipun diguyur hujan. Sampai di makam Sungging terus dilakukan doa bersama dilanjutkan rebutan gunungan, dan kenduri sadranan.

Setelah selesai doa bersama diteruskan kenduri sadranan, kemudian Kades Purwanto mengumumkan juara kirab budaya sadranan di Desa Pereng.  Juaranya antara lain RW 5 berhasil meraih juara 01 dengan nilai 1020, RW 04 dapat juara 2 nilainya  1010, dan RW 06 menduduki juara 3 memperoleh nilai 945.

Beberapa orang warga masyarakat Desa Pereng yang mengikuti kirab budaya sadranan meskipun diguyur hujan  pada Berita Klaten mengatakan merasa gembira dan senang. (ksd)

Cloud Hosting Indonesia

Tinggalkan Komentar