BERITA KLATEN – Drama musikal bertajuk Indonesia Rumah Kita yang dimainkan oleh para siswa Sekolah Krista Gracia di Auditorium Sekolah Dasar Krista Gracia di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu petang (2/3/2024) menguak sejarah Indonesia.
Pentas drama musikal yang diselenggarakan oleh para siswa Sekolah Krista Gracia di Klaten mengambil tema keberagaman nasionalisme. Cerita pentas drama musikal tersebut sarat akan ajakan menjunjung tinggi rasa toleransi pada sesama manusia, termasuk suku kaum minoritas yang berada di Klaten.
Ketua panitia pentas drama musikal Sekolah Krista Gracia Kris Setyanto pada wartawan mengatakan hampir selama 4 tahun Sekolah Krista Gracia vakum gelar pentas seni sekolah. Sejak produksi “Lion King” tahun 2019 belum ada lagi pentas seni, karena Covid-19.
Setelah melewati masa pandemi kini hadir kembali eksistensi pesta seni yang menjadi ikon dan deferensiasi Sekolah Krista Gracia di bidang pengembangan seni budaya.
Seiring dengan perkembangan dan dinamika dunia pendidikan di tanah air dimana Merdeka Belajar menjadi jargon dan sebuah sistem pendidikan yang baru bagi institusi sekolah dan mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, maka kegiatan seni menjadi media pembelajaran yang tepat untuk lakukan praktik melalui pembelajaran berbasis proyek.
Penerapan Project Based Learning (PjBL) dalam pentas seni terlibat langsung dalam penggarapan pementasan.
Ditekankan Kris Setyanto, kegiatan pentas seni tahun 2024 mengambil tema keberagaman dan nasionalisme yang dikemas dalam bentuk drama musikal bertajuk “Indonesia Rumah Kita”. Untuk menghasilkan nilai pentas drama musikal yang baik, Sekolah Krista Gracia menggandeng/melibatkan institusi seni yakni ISI Jogyakarta. Penggarapan pentas seni drama musikal sangat apik, spektakuler, serta sarat nilai-nilai pluralisme yang layak ditonton.
Kris Setyanto juga sebagai Kepala SMP Krista Gracia, mengatakan pentas seni drama musikal dilaksanakan oleh para siswa Sekolah Krista Gracia. Baik yang peran pemain, property, juga IT, dan lainnya. Pentas seni drama musikal melibatkan siswa dari kelompok bermain (KB), TK, SD, dan SMP.
Aileen Amanda Nathania kelas 9B SMP Krista Gracia memaparkan sinopsis, Lydia, seorang pelajar SMP di kota Klaten tahun 1995.
Pergaulan Lydia di sekolah, kaum minoritas sering merasakan dan mendapat tindakan rasisme. Lydia merupakan salah satu pelajar pelaku tindakan rasisme tersebut. Tanpa Lydia ketahui, ternyata ia juga merupakan kaum minoritas yang selama ini sering ia jelek-jelekkan.
Lydia kesulitan menerima kenyataan tersebut. Lydia tidak mau dianggap sebagai etnis Tionghoa.
Orangtuanya mencoba untuk meyakinkan Lydia bahwa menjadi kaum Tionghoa bukanlah hal yang buruk. Ayahnya memberi tiga buku tentang sejarah perjuangan kaum minoritas Tionghoa untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Buku itu berjudul “Tionghoa Dalam Keindonesiaan, Peran Dan Kontribusi Bagi Perjuangan Bangsa”.
Awalnya, Lydia tidak mau membaca buku itu. Namun akhirnya, Lydia bisa tergerak untuk membaca bukunya. Buku-buku itu dibawanya ke sekolah untuk dibaca.
Ketiga buku tersebut dibacanya dengan teliti bersama teman-temannya di sekolah. Setelah membaca ketiga buku tersebut, apakah pandangan Lydia tentang kaum minoritas Tionghoa berubah? Bagaimana dengan pandangan teman-temannya? Untuk jawabnya dilihat saja pentas drama musikal Indonesia Rumah Kita.
Pementasan drama musikal oleh Sekolah Krista Gracia di Klaten yang apik dan spektakuler didukung juga tata panggung dan tata cahaya (lighting) ditonton langsung seribuan orang di gedung auditorium sekolah setempat ini juga didukung oleh Singgih Sanjaya sebagai compuser, Arranger, dan Conductor. Tidak ketinggalan peran Erlina Pantja S sebagai konsultan para mahasiswanya yang mendampingi menari para siswa Krista Gracia. Nama Toet Suharyan sangat berperan sebagai sutradara pentas drama musikal.
Edy Sulistyanto sebagai Litbang Sekolah Krista Gracia di Klaten menjawab pertanyaan wartawan mengenai harapannya adanya pentas Drama Musikal Indonesia Rumah Kita, ia antara lain mengatakan misi pentas ini sangat sarat makna. Ada narasi sejarah yang terpinggirkan. Dalam drama musikal akan dimunculkan, sedikit akan menguak. Generasi muda agar tahu sejarah. “Jan-janne piye tow bangsa Indonesia, sedikit menguak saja,”tutur Edy Sulistyanto.(ksd/*)