BERITA KLATEN – Solodiran (26-11-1010) Kegiatan Sosialisasi Pencegahan kekerasan terhadap anak ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Desa solodiran dengan Lembaga Perlindungan Anak Klaten dalam rangka memperingati Hari Anak Universal. Acara dihadiri oleh Bapak Akhmad Syakur, S.H, ketua Lembaga Perlindungan Anak Klaten, Ibu Dra. Sukarsini, M.Si., Psikolog dari RSJD Dr.RM. Soeradjarwadi, Bapak Drs. Sri Widada Dewan Pembina LPA Klaten, Sekretaris Desa Solodiran, Suwardi, Pemerintah Desa, Kader Kesehatan Masyarakat dan Tokoh Masyarakat.
Suwardi dalam sambutannya menegaskan bahwa kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekitar merupakan tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh kader dan tokoh masyarakat menjadi fungsi kontrol sosial masyarakat. Selanjutnya Akhmad Syakur menyampaikan “anak-anak yang di lingkungan kita harus dianggap sebagai anak kita sendiri. Jadi desa layak anak bisa terealisasi dan tidak ada lagi kekerasan baik fisik, psikologis, seksual dan verbal.”
Sebagai ahli yang sering berhadapan dengan kasus anak dengan gangguan kejiiwaan, Ibu Sukarsini menyampaikan dalam materinya, orang tua sebagai penanggung jawab utama anak harus bisa mindfullness agar bisa menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain dalam hal ini anak dan dapat mengajarkan mereka tentang kehidupan sosial dan mengenal tubuh mereka sendiri agar mereka berani melawan dan menolak untuk disentuh oleh orang lain terkecuali untuk urusan kesehatan. Jaman yang semakin dimudahkan dengan teknologi, membuat anak-anak semakin mudah mengakses video dan permainan yang harusnya untuk konsumsi dewasa. Mereka menjadi tidak bisa menyadari bahwa apa yang mereka alami itu merupakan hal yang tidak wajar. Selain itu ada ketakutan bila harus bercerita dengan orang tua. Titik berat permasalahan anak ada pada pola pengasuhan orang tua.
Secara hukum disampaikan oleh Bapak Sri Widada tentang hak anak dan kewajiban masyarakat untuk perlindungan anak. Banyaknya pernikahan anak di bawah umur menyebabkan siklus yang tidak sehat untuk perkembangan anak. Mereka yang terpaksa menikah di bawah umur lebih banyak merasakan stress sebab belum siap untuk menerima beban tanggungjawab yang seharusnya belum mereka jalani.
Dwi, Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan Desa Solodiran mengungkapkan “Desa Solodiran sedang bersiap untuk mewujudkan Desa Layak Anak secara mandiri. Dengan adanya pemetaan sosial dari kader kesehatan dan tokoh masyarakat, diharapkan ke depannya ada kerjasama yang baik Antara pemerintah desa dan Lembaga Perlindungan Anak Klaten.”
Acara berlangsung dengan lancar mengikuti protokol kesehatan, memakai masker dan jaga jarak.(red)