BERITA KLATEN-Untuk menjaga relasi dengan para leluhur yang sudah meninggal, momentum sadranan menjadi kesempatan yang tepat mendoakan para arwah oleh warga yang leluwurnya dimakamkan di Makam Gondriyan, Dukuh Jeronboto, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Minggu (21/5/2017) malam.
Pimpinan doa yasinan pada malam sebelum sadranan Eko Budi Wardoyo, dalam sambutan pengantarnya antara lain mengunkapkan bahwa keluarga yang sudah meninggal masih ada yang memerlukan bantuan doa dari keluarga yang hidup di dunia. Sebagai orang Jawa yang masih menjunjung tinggi tradisi sadranan merupakan ziarah di makam untuk mendoakan keluarga yang dimakamkan di makam tempat sadranan.
Doa yasinan pada malam sadranan di Makam Gondriyan diikuti warga yang tinggal di sekitar Makam Gondriyan, antara lain Dukuh Jeronboto, Dukuh Ngrahu, Dukuh Tanggul, dan Dukuh Mlayan. Yang hadir doa yasinan para ibu, para bapak, kaum muda baik putra maupun putri. Sadranan yang diikuti dari semua kalangan kaum tua, kaum muda, bahkan ada anak-anak, ini menunjukan tradisi sadranan masih dilestarikan sampai sekarang. Tradisi sadranan mempunyai makna nilai adi luhung yang layak dilestarikan. Adanya sadranan yang terus dilestarikan merupakan wujud warga masyarakat tetap merajut relasi dengan leluhur yang telah meninggal. Hubungan rohani dengan keluarga yang meninggal akan terus dikenang pada momen sadranan.(ksd)