KLATEN (BK). Sudah mentradisi, setiap menjelang tahun baru orang berjualan terompet mulai merebak. Hari-hari mendekati masuk tahun 2016 ini juga sudah banyak orang berjualan terompet di sekitar alun-alun Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Salah seorang ibu penjual terompet Sriyatun (37), asli dari Ngaglik, Wonogiri, Jawa Tengah, ditemui di Alun-alun Klaten, Senin (28/12) sore menceritakan pengalamannya menjual terompet yang sudah digeluti selama 20 tahun.
Dengan polosnya ia menceritakan jualan terompet yang sudah digeluti selama 20 tahun selalu berjualan di Klaten. Untuk memproduksi dagangan terompet yang akan dijual jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Untukl mengerjakan pembuatan terompet dilakukan di rumahnya Ngaglik, Wonogiri. Pengakuannya ia datang di Klaten pada tanggal 20 Desember 2015 lalu. Sampai berita ini diturunkan sudah 9 hari lamanya di Klaten. Selama jualan terompet di Klaten Sriyatun dengan anaknya tidur di pondokan (kos) di kampung yang tidak jauh dari lokasi Alun-alun Klaten.
Menurut Sriyatun, untuk memproduksi terompet sebanyak 3000-an ia perlu modal puluhan juta rupiah. Harga jual terompet macam-macam. Tergantung model terompet mempunyai nilai jual sendiri. Untuk terompet model naga harganya Rp 25 ribu, model dot dijual Rp 15 ribu, model mersa harganya Rp20 ribu, dan terompet model biasa harganya Rp 7 ribu. Bila semua dagangan terompetnya laku dijual ia mendapatkan keuntungan kurang lebih Rp 12 juta.
Selama ia jualan terompet setiap menjelang memasuki tahun baru, dagangan terompetnya diambil oleh para bakul. Bakul mengambil dagangan terompet seharga kurang Rp2000,- dari harga yang ditentukan oleh Sriyatun. Ia setiap jualan terompet di Klaten sampai pada tanggal 1 Januari. Kemudian pada tanggal 2 Januari baru pulang ke Wonogiri.
Sriyatun juga menuturkan, pekerjaan di rumah yang ia lakukan adalah membuat atau memproduksi empet balon. Hasil karyanya empet balon ini sudah banyak yang membutuhkan. Menurutnya sudah ada pengusaha yang membutuhkan empet balon. (ksd)