BERITA KLATEN-Nguri-nguri tradisi sadranan dan udik-udik recehan koin uang pecahan ratusan hingga ribuan rutin dilakukan setiap hari Jumat terakhir dalam bulan Jawa Ruwah di lokasi bekas bangunan Masjid Mbah Bolu yang berada di Dukuh Dalangan, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kali ini sadranan tersebut dilaksanakan pada Jumat (27/5/2017) sore.
Menurut cerita salah seorang warga asli Dalangan Sabari, tradisi sadranan dan udik-udik uang sudah lama dilakukan. Dari tahun ke tahun sudah mentradisi. Sehingga warga masyarakat yang hidup pada jaman modern ini hanya melestarikan saja melakukan sadranan dan udik-udik uang. Orang yang melakukan udik-udik uang adalah mereka yang ingin sedekah. Mereka adalah yang hidupnya bisa dikatakan sukses atau berhasil. Warga yang melakukan sedekah dengan cara udik-udik uang adalah yang mempunyai leluwur yang dimakamkan di Makam Dalangan. Kemudian melakukan udik-udik uang di lokasi bekas bangunan masjid kuno yang biasa disebut Mbah Bolu oleh warga masyarakat sekitar Dukuh Dalangan.
Menurut Sabari dan beberapa orang warga Dukuh Dalangan, jumlah uang yang untuk udik-udik kali ini mencapai sekitar Rp 4.000.000,-. Yang ikut berebutan untuk mendapatkan uang udik-udik mencapai ratusan orang yang datang dari beberapa desa di Kecamatan Wedi dan Kecamatan Jogonalan, dan lainnya. Mereka terdiri dari anak-anak usia sekolah dasar, anak remaja baik putri maupun putra, para orang tua terdiri dari bapak-bapak maupun ibu-ibu.
Suasana waktu rebutan uang udik-udik nampak meriah. Agar tidak terjadi dominasi yang memperoleh uang udik-udik, oleh panitia dipilah-pilah posisinya. Bagi anak usia sekolah dasar dan SMP di sisi kiri, anak-anak remaja dan orang tua di depan bekas bangunan masjid kuno Mbah Bolu. Kemudian personil yang menyebar udik-udik uang dilakukan dari bekas bangunan Masjid Mbah Bolu. Dengan cara melemparkan koin uang ke arah orang yang menghadang di bawah. Suasana terlihat meriah ketika orang-orang berebut untuk mendapatkan uang udik-udik.
Sebelum dimulai tradisi ritual sadranan dan udik-udik, disampaikan kata sambutan oleh Ketua RW Dalangan Wijayanto. Dalam kata sambutannya, Wijayanto yang biasa disapa Anto mengungkapkan tradisi sadranan dan udik-udik ini mesti diuri-uri, dan dilestarikan. Karena, lanjutnya tradisi sadranan dan udik-udik ini mempunyai dimensi sosial. Selain itu menjadi media untuk mempersatukan masyarakat yang majemuk. Beragam keyakinan tetapi tetap bersatu untuk kebersamaan. Ia mengharap waktu udik-udik agar tertib, sehingga lancar pelaksanaannya. Setelah sambutan Anto dilanjutkan doa oleh Harjanto. Doa tahlilan dilakukan semalam menjelang sadranan.
Warga yang datang ikut sadranan dan udik-udik uang terdiri dari warga beragama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan lainnya. Suasana nampak akrab dalam kebersamaan yang harmonis. Perwujudan kebersamaan yang harmonis ini perlu terus dijaga. Jangan sampai tercerai beraikan. Mitos Mbah Bolu yang berada di Dusun Dalangan, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jateng hendaknya terus menjadi media untuk kebersamaan yang harmonis. (ksd)