BERITA KLATEN (BK)-Virus-virus toleransi maupun cinta diawali berhembus dari Klaten, Jawa Tengah. Ini ditandai dengan diselenggarakan kegiatan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh, dan doa lintas agama di Alun-alun Klaten, Jumat (10/2) sore.
Semangat mengobarkan virus toleransi, virus cinta yang dilakukan para aktivis multi kultur tidak terpatahkan karena hujan deras yang turun. Pentas budaya yang beragam tetap berjalan. Kegiatan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh, dan doa lintas agama dihadiri pumuka agama antara lain kyai, pendita, bhiku, pastur yang diwakili diakon, tokoh aliran kepercayaan, dan budayawan Bimo. Kegiatan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh, dan doa lintas agama juga dihadiri elemen pelajar se Solo Raya, dan Jateng, aktivis FKUB Gus Zajuli, Wahid Foundation, dan para aktivis kaum muda dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Nampak hadir juga pengurus Nahdatul Ulama (NU) Koirul Rohman, juga mitra multi kultur.
Kebersamaan yang dilaksanakan dalam momentum haul Gus Dur, Cap Gomeh, dan doa lintas agama ini tidak adanya sekat agama, sekat etnis, juga sekat budaya. Semua dapat menyatu, bahu-membahu yang harmonis dalam kebersamaan. Kegiatan ini disaksikan langsung oleh putri almarhum Gus Dur Yenny Wahid yang mengatakan merasa terkesima adanya kegiatan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh rangkaian tahun baru Imlek, dan doa lintas agama yang dikolaborasi dengan pagelaran seni budaya.
Yenni Wahid dalam sambutannya antara lain mengungkapkan rasa terkesima adanya kegiatan haul Gus Dur, dibarengkan dengan perayaan Cap Gomeh, dan doa lintas agama yang dikolaborasi dengan pagelaran budaya. Dalam kegiatan ini Yenni Wahid menandai tanpa ada sekat-sekat ada agama dan etnis. Terselenggaranya kegiatan ini tentunya didasari dengan rasa cinta. Sehingga Yenni Wahid berjanji akan menyebarkan yang dilakukan di Klaten ke seluruh Nusantara. Virus cinta dan virus toleransi mesti harus disebarkan ke seluruh Nusantara.
Menurut Yenni Wahid kondisi sekarang banyak orang yang gontok-gontokan, dan konplik. Banyak tokoh yang terlibat korupsi, perusakan alam, memanipulasi agama untuk politik. Agama adalah ajaran luhur bukan untuk alat politik. Maka jangan dihembuskan karena dapat merusak kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Angkara murka dapat dihancurkan kalau rakyat yang cinta toleransi, cinta keberagaman etnis, cinta multi kultur bersatu padu dan bahu membahu untuk melawan tindakan yang tidak toleransi, yang memanipulasi ajaran agama yang luhur. Maka, lanjut Yenni Wahid, kegiatan kebersamaan multi kultur (kemajemukan) yang tanpa sekat agama maupun etnis di Klaten ini mesti disebarkan ke seluruh nusantara.
Dalam kegiatan haul Gus Dur di Klaten ini kecuali diisi pagelaran seni multi budaya untuk simbolisme, juga dilakukan doa keprihatinan adanya perilaku koruptif di Klaten dari masing-masing pemuka agama. Para hadirin juga membawa kentongan tradisionil, sehingga suasana terasa meriah. Selesai doa keprihatinan bersama lintas agama hadirin menyanyikan lagu Padamu Negeri. Selanjutnya mendengarkan sambutan dari putri almarhum Gus Dur, Yenni Wahid. Mengakhiri kegiatan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh, dan doa lintas iman sekitar pukul 18.00 dilakukan pembakaran ogo-ogo sebagai simbolis untuk memberantas sifat angkara murka. Penyelenggaraan haul Gus Dur, perayaan Cap Gomeh, serta doa keprihatinan kondisi Klaten adalah jaringan Gusdurian dan Forum Kebersamaan Umat Beriman yang ada di Klaten. (ksd)